FKIP Unipma menambah lagi, Satu Orang Doktor Baru Prodi Pendidikan Bahasa Inggris: Dr. H. Sumani, M.M., M.Hum. 

Madiun, 20 Juli 2019. Pada tahun 2019 ini, tenaga edukatif (Dosen) dengan kualifikasi Doktor (S3) di Universitas PGRI Madiun (UNIPMA) mengalami pertambahan yang sangat pesat. Sampai dengan pertengahan tahun 2019 ini saja, 5 orang dosen, telah berhasil meraih gelar Dokornya dalam waktu yang hampir bersamaan. Dengan demikian, pada tahun 2019 ini tercatat sebagai tahun yang pertambahan Doktor baru di Unipma tercatat paling banyak. Dari semua doktor baru tersebut, FKIP selalu menjadi fakultas yang jumlah doktor barunya paling banyak.

Salah satu di antara 5 doktor baru tersebut, doktor yang terbaru adalah Dr. H. Sumani, M.M., M.Hum.,  yang baru saja dikukuhkan sebagai Doktor melalui Ujian Terbuka Promosi Doktor, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra (Pendidikan Bahasa Inggris) Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Ujian Terbuka Promosi Doktor dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25 Juni 2019, di Ruang Auditorium Lt. 9. Gedung Continuous Prograom Develpment (CPD) Unesa, Kampus Lidah Wetan, Surabaya.

Sidang Ujian Terbuka Promosi Doktor promovendus yang  dipromotori oleh Prof. Dr. Fabiola Darmawanti Kurnia, M.Pd. dengan ko-promotor Syafi’ul Anam, Ph.D..Pd., ini, diuji oleh Dewan Penguji yang terdiri dari 7 orang, yaitu Ketua Penguji: Dr. Eddy Mintarto, M.Kes (Direktur Pascasarjana Unesa), Sekretaris Penguji: Dr.  Suhartono, M.Pd (Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra) dan 5 orang anggota penguji yang terdiri dari: Prof. Dr. Fabiola Darmawanti Kurnia, M.Pd. Syafi’ul Anam, Ph.D., Slamet Setiawan, Ph.D., Dr. Oukirema Purwati, M.Apll., M.Pd., dan Prof. Dr.  Gunadi Harry Sulistyo, M.A.

Mengangkat disertasi yang berjudul The Acts of Questioning in Building the Students’ Coqnitive Levels in English for Academic Purposes Classrooms, pria kelahiran Trenggalek, 30 Januari 1966 ini merupakan doktor yang ke 30 di Universitas PGRI Madiun.

Dr. H. Sumani, M.M., M.Hum., di dalam paparannya mengatakan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris untuk Tujuan Akademik (English for Academic Purposes-EAP), sudah lama diterapkan sebagai MKDU di berbagai program studi di Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia.  Pembelajaran English for Academic Purposes(EAP), pada dasarnya merupakan pembelajaran yang dimaksudkan agar para mahasiswa memahami materi bidang khusus berdasarkan bidang ilmu masing-masing. Salah satu factor yang bisa mendukung suksesnya pembelajaran EAP adalah tindakan bertanya yang dilakukan oleh dosen kepada para mahasiswanya. Melalui tindakan bertanya ini, seorang dosen berupaya untuk menumbuhkan tingkat kognisi mahasiswa dengan harapan mereka mampu meningkatkan kompetensi akademik mereka di bidang yang tengah mereka tekuni. Hal ini tentu saja memerlukan penggunaan kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa. Kemampuan berfikr tingkat tinggi ini akan bisa dimunculkan salah satunya melalui tindakan bertanya yang dilakukan oleh dosen kepada para mahasiswanya.

Mantan Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Madiun Periode 2015-2019 yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Sarana Prasarana, FKIP, UNIPMA periode 2017-2021 ini mengatakan bahwa penelitian yang telah dia lakukan menghasilkan beberapa temuan, yang di antaranya adalah: Pertama, tindakan bertanya yang dilakukan dosen EAP senantiasa mengacu pada jenis pertanyaan kognisi yang ada yang meliputi pertanyaan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Jenis pertanyaan kognisi memahami merupakan jenis pertanyaan yang paling banyak digunakan oleh dosen EAP. Kedua, ada beberapa faktor yang menjadi alasan bagi dosen untuk melakukan tindakan bertanya dalam membangun tingkat kognisi mahasiswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah inisiatif untuk mendiagnosis, mendukung proses pembelajaran, dan memberikan motivasi. Faktor mendukun proses pembelajaran merupakan faktor yang menjadi alasan terbesar tindakan bertanya dosen. Ketiga, ada beberapa cara yang digunakan dosen untuk membuat siswa aktif melalui penggunaan pertanyaan kognisi yakni melalui mengingat kembali informasi, modifikasi kalimat, perincian informasi, dan pemberian pendapat kritis.

Lebih lanjut, dosen yang juga senantiasa aktif di berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan ini menjelaskan bahwa sering munculnya jenis pertanyaan memahami di dalam pembelajaran English for Academic Purposes (EAP) ini, ternyata didasari oleh adanya keinginan dosen untuk membantu mahasiswa dalam memahami istilah tertentu di bidang yang mereka pelajari, serta adanya keinginan dosen untuk mendukung proses pembelajaran English for Academic Purposes (EAP) di kelas.

Dosen yang juga merupakan bapak dari 3 putri (Hanifah Hanun Dzakiyah, Hana Laila Nabilah, dan Hanisah Nur Rasyidah) ini menegaskan bahwa penting bagi para dosen EAP untuk terus mencoba mengajar mahasiswa EAP dengan maksud untuk membantu mereka memahami materi khusus pada disiplin ilmu yang sedang mereka dipelajari. Untuk itu para dosen EAP direkomendasikan untuk terus melakukan upaya guna meningkatkan pengetahuan konten pedagogis/Pedagogocal Content Knowledge (PCK) mereka, yakni dengan cara bekerjasama atau berkolaborasi dengan para ahli di bidang terkait dalam melaksanakan pembelajaran English for Academic Purposes (EAP) di kelas. Selain itu, kemampuan menerjemahkan juga perlu untuk terus ditingkatkan, mengingat keterampilan ini juga sangat membantu dan diperlukan dalam pembelajaran EAP.

Terkait dengan tindakan bertanya dalam kegiatan pembelajaran EAP, di dalam pembelajarannya, seorang dosen perlu untuk senantiasa menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dengan memperhatikan tingkat kognisi mahasiswanya agar bisa mengukur tingkat berfikir para mahasiswa guna mencapai kompetensi akademik yang ditargetkan. Sementara itu, para mahasiswa diharapkan aktif dalam merespon setiap pertanyaan dosen di dalam kegiatan pembelajaran EAP agar mereka dapat meningkatkan kemampuan akademik mereka melalui menjawab pertanyaan dosen, tandas suami dari Dra. Suhendariyanti ini.
 

Di akhir pembicaraan, dosen ini berkisah tentang perjalanan panjang yang telah dilalui guna meraih impian menjadi seorang doctor. Dia bertutur bahwa cita-cita dan semangat untuk menjadi seorang yang sukses sudah ada sejak di usia kanak-kanak. Dia tahu bahwa dia terlahir dari keluarga petani, namun semangat untuk meraih sukses ini sudah terlihat sejak dia masih duduk di bangku SD. Sebagai indikasi dari adanya semangat tersebut, saat di SD dia sudah bisa meraih prestasi akademik terbaik diantara teman-temannya, yang dengan prestasi ini, dia mendapatkan Beasiswa Siswa Berprestasi dari pemerintah selama 6 tahun. Tradisi berprestasi dan mendapatkan beasiswa berprestasi tersebut masih bisa dipertahankan saat duduk di bangku SMP, dan bahkan masih dipertahankan lagi pada saat duduk dibangku SMA dan tetap mendapatkan Beasiswa Berprestasi saat di SMA. Tidak berhenti sampai di situ, budaya Beasiswa Berprestasi juga masih tetap dilanjutkan  pada saat dia menjadi mahasiswa S1 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Jember, yakni dia mendapat Beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID) mulai dari semester 5 sampai lulus diwisuda, pada tahun 1991, dengan gelar “Drs.”, yang hal ini beujung baik, dengan adanya kebijakan Pemerintah, yang mengharuskan mahasiswa Beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID) untuk diangkat sebagai dosen PNS yang dipekerjakan di PTS dibawah Kopertis Wilayah 7 Jawa timur. Dengan demikian, maka dia diangkat jadi Capeg dan dipekerjakan sebagai dosen PNS (dpk) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FPBS  IKIP PGRI Madiun sejak tahun 1991. Tradisi Beasiswa Berprestasi tersebut ternyata masih terus dilanjutkan yakni dengan lolosnya dia pada Tes Seleksi untuk mendapat Beasiswa Program Pasaca Sarjana (BPPS) di Program Pascasarjana, IKIP Jogjakarta, pada tahun 1994. Pada saat itu, dia lulus tes diterima di program studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) Program Pascasarjana IKIP Jogjakarta, dengan beasiswa BPPS. Namun sayang, kuliah dengan beasiswa ini BPPS ini batal dia jalani, karena ada persyaratan yang belum bisa dia penuhi, yaitu Surat Ijin dari lembaga tidak bisa dia dapatkan, sementara saat itu sudah batas waktu akhir penyerahan persyaratan tersebut. Sebagai ganti dari batalnya kuliah dengan BPPS tersebut, pada tahun 1997, lembaga memfasilitasi dia untuk kuliah S2, tapi pada jurusan Manajemen Pemasaran di Program Pascasarjana, Universitas Satyagama. Jakarta. Kuliah dimulai pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 1999, dengan mendapat gelar “M.M”. Khusus untuk S2 ini, dia kuliah dengan biaya mandiri dibantu sebagian oleh lembaga. Tidak patah semangat untuk tetap mendapatkan Beasiswa Berprestasi, pada tahun 2003, dia bisa lolos kembali meraih beasiswa  BPPS, yakni saat menempuh kuliah S2 yang kedua, di program Pascasarjana UNS, pada program studi Linguistik Penerjemahan (Translation). Belum berhenti sampai di situ, budaya kuliah dengan mendapatkan Beasiswa Berprestasi masih bisa diteruskan lagi, yakni saat berhasil lolos seleksi program Doktor  dengan Beasiswa  BPPS di Program Pascasarjana Unesa, sehingga lulus menyandang gelar Doktor (Dr.) di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra (Pendidikan Bahasa Inggris) di tahun 2019 ini.

“Selamat dan Sukses” kepada:  Dr. H. Sumani, M.M., M.Hum. Semoga ilmu dan gelar yang diperoleh, bisa memberikan manfaat yang besar bagi pembangunan bangsa pada umumnya, dan juga bagi segenap civitas akademika Universitas PGRI Madiun.